Pages

LPDP atau DAAD : Di antara Dua Pilihan (Opportunity Cost is Real)

Menjelang akhir tahun ini, saya mendapatkan dua kabar gembira. Apa itu?


Ketika Opportunity Cost is Real

Pengumuman pertama, saya dapatkan tanggal 28 Oktober 2017. Waktu itu, saya sedang menunggu waktu pergantian kelas untuk mengajar di Nurul Fikri Buah Batu. Saya iseng membuka grup telegram yang isinya adalah para pejuang beasiswa LPDP. Ketika melihat chat mulai bertaburan, degup jantung pun mulai menjadi tidak karuan.

"Pengumumannya sudah keluar...."
"Selamat ya yang lolos, aku belum beruntung."

Itu beberapa jenis chat yang muncul sore itu. Ya, pengumuman LPDP sudah keluar. Jelas saja langsung orang-orang di grup tersebut berebut untuk login dan melihat pengumuman yang muncul terkait kelulusan di LPDP.

Berbekal koneksi lemot dan HP Xiaomiku aku pun mencoba masuk juga. Beberapa kali webnya down dan beberapa kali aku juga me-refresh kembali webnya. Tidak disangka aku berhasil membuka web tersebut dan mengecek statusku. Alhamdulillah, Allah berikan rezeki-Nya untukku lulus di beasiswa LPDP ini. Aku pun bersyukur sekali dan langsung menghubungi ibu dan ayahku untuk memberitahukan kabar gembira ini. Aku pun teringat janjiku untuk menulis terkait perjalananku agar bisa lolos beasiswa LPDP ini. Nantikan tulisannya di blog ini ya Guys.

Hanya saja ada sedikit yang membuat kecewa di pengumuman tersebut. LPDP mensyaratkan bagi yang belum mengunggah LoA (Letter of Acceptance) di awal proses pendaftaran terpaksa harus mulai kuliah 2019. Wahhhhh, masih dua tahun lagi pikirku waktu itu.

Namun, tetap saja aku bersyukur. Toh aku masih bisa menata kembali life-planku untuk dua tahun ke depan. Hari-hari berikutnya aku jalani dengan semangat. LoA dari Wageningen University and Research, Belanda pun akhirnya aku dapatkan di pertengahan bulan November. Alhamdulillah, waktu itu aku langsung mencoba mengajukan ke LPDP, "Bisakah kalau saya mulai kuliah tahun 2018."

Aku pun melampirkan 6 alasan kenapa saya harus intake 2018. Tentang ini nanti aku akan bahas di tulisan berikutnya ya.

Sambil menunggu keputusan dari LPDP, seperti biasa aku kembali mengajar Olimpiade di berbagai kota. Nah, kabar gembira berikutnya pun hadir ketika saya sedang mengajar di Cirebon. Waktu itu, malam hari di Hotel Citra Dream, Cirebon, aku memeriksa email. Dan ternyata saya mendapatkan email dari pihak DAAD, Beasiswa dari Pemerintah Jerman:

Ini kabar gembira dari DAAD


Aku pun, bersyukur dicampur bingung. DAAD Helmut-Schmidt Program ini aku lamar bersamaan dengan LPDP tahun 2017. Keduanya pun adalah full-scholarship yang membiayai semua biaya kuliah dan biaya hidup. Masing-masing punya strength dan weaknessnya masing-masing. Lengkapnya akan aku share di artikel berikutnya.

Nah, sekarang aku sedang berada dalam persimpangan jalan mau memilih yang mana. Tentu sambil istikhoroh saya pun meminta saran dari berbagai pihak. Dimulai dari Mama, Papa, kakak, adik, Dosen, rekan kerja, murid, hingga alumni dari kedua beasiswa tersebut. Apabila teman-teman ada saran terkait ini mangga ya.

Nantikan artikel berikutnya:

Perjuangan Mendapatkan Beasiswa LPDP: Seleksi Berkas yang Menengangkan
Perjuangan Mendapatkan BeasiswaLPDP: Seleksi Assesment Online, Baru tapi Seru
Perjuangan Mendapatkan Beasiswa LPDP: Tidak Mulus Saat Wawancara LPDP
Perjuangan Mendapatkan Beasiswa DAAD

Rio

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment

Ikutlah berdiskusi disini, amalkanlah ilmu kalian :