Pages

Sri Mulyani, "Jangan Pernah Lelah Mencintai Indonesia"

Jangan Pernah Lelah



Di awal memulai pemaparannya Bu Sri Mulyani sedikit menekankan bahwa dia akan menggunakan bahasa Indonesia di sesinya. Alasannya sederhana. Beliau menyampaikan sambal tertawa bahwa ini di Indonesia. Sontak hadirin pun tertawa karena Bu Sri Mulyani mengatakan ini sambil melirik Pak Dinno yang sebelumnya menggunakan bahasa Inggris di materinya. Sesi ini dimulai dengan sebuah pertanyaan, “Bagaimana bangsa Indonesia harus melihat ke depan?”
Tantangan terbesar kita adalah Demografi, jumlah penduduk yang terus bertambah sejak zaman kemerdekaan dahulu. Namun ini bisa menjadi peluang di sisi lain, solusinya adalah melakukan Investasi di pendidikan, karakter, values. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia 0.689, yang diukur live expectancy, lama sekolah, dan rata-rata pengeluaran perkapita. Sebenarnya ini tidak terlalu buruk, tetapi kalau dibandingkan kita masih di bawah Malaysia, Brunei Darussalam, bahkan Tiongkok. Ini, pembangunan manusia, yang akan difokuskan dalam pembangunan ke depan. Namun perlu diingat bahwa dunia itu tidak statis, pasti ada tantangannya. Beberapa di antaranya:

1. Teknologi, artificial intelligence yang semakin cepat berkembang.
2. Climate change, kita bisa mencontoh Belanda yang berkata mampu menghadapi kenaikan permukaan air laut. Bahkan masyarakatnya diajarkan berenang pakai celana jeans. Hmmh sebuah Visi luar biasa jangka panjang.
3. Permasalahan Geopolitics yang semakin pelik. Sebagai generasi muda, kita harus menumbuhkan mindset bahwa perdamaian lebih baik dari peperangan.

Kembali tantangan-tantangan ini menuntut Indonesia untuk tidak berpangku tangan. “We cannot wait!” tegas Bu Sri. Investasi di bidang manusia menjadi kewajiban untuk dilaksanakan melalui APBN. Sejumlah 20% anggaran APBN digunakan untuk pendidikan. Investasi juga di bidang infrastruktur jangan lupa. Ini Bukan tentang kemewahan tapi kebutuhan. Investasi pada teknologi, inovasi, dan penelitian dan pengembangan (litbang). Ada LPDP, BPPT, LIPI, startup, ekonomi. Ini merupakan titik terang masa depan kita.

“Tapi ingat mental gratisan adalah mental yang cukup buruk. Kita harus lebih banyak memberi daripada apa yang kita terima.” Bu Sri Mulyani. 

Di sisi lain kita juga membangun institusi. Negara yang baik memiliki institusi yang mampu melayani, responsif, efektif. Mengubah mindset menjadi "pelayan masyarakat". Ini Harus dilakukan dengan memberi contoh. Banyak yang punya ide bagus, implementasinya rusak. Kembali ingat kita kerja bukan untuk diri kita, tetapi untuk orang sekitar kita.  Indonesia juga harus terus belajar. Belajar dari Bapak Pendiri Bangsa, Belajar dari sejarah, bahkab belajar dari siapapun dan di manapun. Hanya orang yang sombong yang tidak mau belajar dari orang lain.
Bu Sri juga mengingatkan bahwa APBN is important. APBN bisa menjadi alat alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Kita untuk keadilan dan kemakmuran. Selain itu kewajiban membayar pajak harus selalu kita perhatikan. Kita harus bayar pajak karena baru 11.6 juta orang yang membayar pajak. Republik ini tidak adil karena kita berpaku pada 11.6 juta. Ayo mulai peduli pada negara dengan membuat NPWP dan lapor rutin, meskipun pada akhirnya SPT kita 0. Seisi ruangan kembali tertawa ketika Bu Sri bertanya pada Maudy Ayunda apakah dia sudah punya NPWP.
Pajak kemudian disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan sehingga tercipta pemerataan. Ini fungsi distribusi. Belanja Kesehatan RI 5% itu dari pajak. Belanja Pendidikan 20% itu dari pajak juga. Tapi tentu pemerintah harus dikontrol. Kita bertanggung jawab untuk mengalokasikan uang rakyat secara baik. Negara yang paling kacau adalah negara yang ngumpulin uangnya sulit menyalurkannya juga ngawur. We need to care more about how the country spend the money.

It is not about how much the money, it is about how we allocate it. We have to be criticised the policy.

Kadang negara ini juga harus meminjam. Tapi pinjaman yang baik adalah pinjaman yang terarah.
“Sometimes we need to borrow. It is not because borrowing is my hobby, but because we understand that investment for human capital is cannot be waited. We call it as responsible borrowing.”

Apakah kita harus khawatir tentang utang Indonesia? Yes, we should!
We should constantly worry about our debt. We need to calculate the risk. It is the same way when we talk about the debt. Kita peduli makanya kita jadi bertanggung jawab.

Pemerintah juga harus terus mengajak masyarakat untuk membantu pemerintah agar terus bisa dipercaya. Alhamdulillah, Indonesia mencatatkan prestasi di bidang ini. Public trust to Government is increase since 2007. Kepercayaan publik kita naik 80% berdasarkan rilis OECD.  Dan Indonesia nomor 1. Nomor 1 lho dalam peningkatan public trust ini.

Lastly, belajarlah dari sejarah Indonesia. Kita semua ikut memiliki Indonesia. Kita harus berpartisipasi untuk Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia. "Sri Mulyani.



Rio

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment

Ikutlah berdiskusi disini, amalkanlah ilmu kalian :