Rio Alfajri

Ada Mahdi, calon juragan minyak ini diam-diam selalu memotivasiku untuk terus berjuang melanjutkan studi. Selain Mahdi, Ines juga satu yang selalu membuatku berseru, "Ayo, Rio jangan lambat."

Kemudian ada Iid yang menjadi ketua angkatan kita. Dari dia aku belajar tentang kerendahan hati, keikhlasan, dan keuletan. Waktu lagi kesel banget ngelihat salah satu penanya yang sombong banget pas di Uji Publik seleksi Baktinusa 7, Iid inilah yang menyadarkanku sombong itu tidak baik.

Selain Iid, Faris juga menjadi ketua angkatan kita. Tapi kalau dia yang nasionalnya. Seperti biasanya gayanya yang sanguinis membuat keluarga ini hidup. Lalu ada Desy sang dokter gigi muda yang gigih mencapai cita. Dari Desy aku belajar tentang kesetiaan pada keluarga.

Dua perempuan dari ITB yaitu Intan dan Tiara, juga memberikan hikmah hidup sendiri. Tiara yang suka banget berkegiatan sosial selalu mencoba mengimbanginya dengan aktif di berbagai tempat lain. Intan, anak kecil yang enerjik serta pantang menyerah ini sekarang lagi mencoba menekuni usaha jamunya. Keuletan dan kerendahan hati mereka berdua juga mengajarkanku hidup.

The last but not least is Elis. Ustadzah kita yang sempat "dibuang" ke perbatasan ini selalu mengingatkan kita semua untuk ttp dekat dengan Allah.

Itu sedikit cerita tentang kita, yang akan selalu kukenang saat kelu hidup menguji idealisme ini. Terus saling mengingatkan dan mohon maaf belum bisa membersamai ke Jogja nanti. :)

#Baktinusa #CeritaBeasiswa

Dari,

Rio Alfajri