Rio Alfajri

Bagaimana kabarnya manteman?

Alhamdulillah PIMNAS 2016 sudah selesai dan sekarang bisa kembali berkarya di bidang lain lagi.

Beberapa hari pasca PIMNAS disibukkan dengan kegiatan persiapan PON (Di PON ini saya jadi LO Hubungan Daerah), lalu Finalisasi tanggal skripsi, dan urusan perbukuan. Oh iya ada kabar gembira, Insya Allah buku keduaku yang judulnya "Merantau!" akan segera terbit di awal September.

Tentang buku akan saya bahas di-update-an berikutnya ya hehehe.

Hari ini ada cerita yang bagus, Guys. Ceritanya tentang pengiriman paket anonim. Lho emangnya bisa ya ngirim paket anonim?

Baiklah kita mulai ceritanya. Pagi tadi aku dapat 2 telepon yang jaraknya hanya semenit. Literally, semenit lho Guys. Telepon itu aku dapat sekitar jam 9 pagi.

Well, telepon pertama dari sebuah perusahaan kurir yang aku lupa apa namanya yang pasti bukan JNE atau TIKI karena memang tidak jelas suara di teleponnya. 

Telepon 1: (P: Penelepon ; A: Aku)

P : "Benar dengan Rio? Kami ada kiriman untuk Bapak dan alamatnya sudah pindah ya Pak? Boleh minta alamat yang baru biar kami antarkan."

A : "Iya Mbak. (Lalu saya sebutkan alamat saya). Itu kirimannya dari siapa ya Mbak?"
P : "Dari PT Philips."

Okay telepon satu case closed. Tidak ada yang aneh karena aku memang pindah kontrakan dalam belum memberi tahu perusahaan tempatku menanam modal itu.

Telepon 2: (P: Penelepon ; A: Aku)

P: "Selamat pagi. Benar dengan Rio Alfajri? Kami dari JNE Jatinangor. Ada kiriman untuk Bapak di tempat kami. Silakan ambil di depan JNE depan Griya."

A: "Wah kiriman dari siapa ya Mas?"

P: "Maaf Pak, saya hanya menerima paket dengan nomor tujuan dan nama Pak Rio."

A: "Memang isinya apa Pak?"

P: "Kalau di sini sih tulisannya casing HP"

Pembicaraan selesai dengan kebingunganku.
Pertama, memangnya bisa ya mengirim tanpa menyertakan siapa yang mengirim.
Kedua, casing HP? Aku gak pernah beli. Tapi memang casing HP ku sudah rusak berat sih, hehehe.

Di tengah kebingunganku itu, aku berkata dalam hati, "Wah, aku gak bisa ke Nangor nih. Harus input data LO PON di Gedung Sate terus ke SMAN 22 ada Grand Opening Mentoring dan diminta untuk sharing di sana."

Tiba-tiba Ada Line masuk dari temanku Irsyaad.

"Yo, gak jadi pinjam batiknya? Aku bentar lagi mau ke Bandung nih!"

Nah kebetulan sekali, akhirnya aku minta tolong Irsyaad untuk mampir mengambilkan paket itu.

Wussshhhh, waktu berlalu dan akhirnya aku selesaikan semua urusan sampai sekitar jam 16.30 di kontrakan. Ternyata Irsyaad sudah ada di sana dan aku dapatkan paket itu. Dan ternyata benar tidak ada pengirimnya. Anonim bangettttt....

Ternyata aku lupa Irsyaad untuk minta nomor resinya. Menurut Irsyaad nomor resinya langsung dicabut sama penjaganya dan langsung disimpan. Hmmmhhh makin bingung. Akhirnya aku coba telepon lagi deh si Mas-Mas JNE.

Telepon 3 sore hari

A: "Assalamualaikum Mas. Saya Rio Alfajri yang tadi dapat paket. Paketnya udah diambil temen saya. Tapi mau nanya Mas, emang bisa ya kirim tanpa ada nama pengirimnya."

P: "@#$@!@" (Jawabannya muter-muter dan intinya dia tidak bisa kasih nomor resi karena sudah diambil pusat, tidak ada nama pengirim, dan hal lainnya)

Terus otakku pun berpikir, siapa yang kira-kira tahu HP-ku rusak dan butuh bantuan di casing dan tidak tahu kalau aku sudah pindah ke Bandung sejak dua tahun lalu. Well sampai sekarang belum ketemu.

Tapi Alhamdulillah, HP ini jadi lebih bagus. Hehehe, terima kasih untuk yang sudah kirim.

Sebenarnya aku punya dua tebakan nama yang mengirim ini, tapi aku belum terlalu yakin. Kalau kamu yang kirim baca, tolong kasih tahu ya. :)

______________________________

Pernahkah teman-teman mengalami hal yang sama?