Seperti
disengat listrik, begitulah perasaan Khrisna. Awalnya pemuda berusia 24 tahun
ini sedang nyaman duduk di kursi perusahaannya. Ya, kamu tidak salah dengar, di
usianya yang masih muda Khrisna berhasil menjadi pemimpin perusahaan yang
bergerak di bidang travel Bandung-Jakarta. Setelah menerima sepucuk surat yang
memintanya untuk kembali ke tempatnya menghabiskan masa SMP, Cianjur, semuanya seperti berubah. Di amplop
depannya tertulis “Pulanglah ke kandangmu
11 pendekar, kita bangun lagi kejayaan masa lalu”.
Kata
“11 Pendekar” inilah yang membuatnya tiba di Kota Santri ini. Dia sengaja
datang sehari sebelum waktu yang ditentukan untuk bernostalgia ala Cianjuran.
Seberapa besar pun dia berusaha menikmati nostalgianya, tetap saja dia kepikiran tentang surat itu. Besoknya
keraguan terjawab di tempat mereka berkumpul yang merupakan SMP-nya sendiri. Di
lapangan sepakbola SMP 1 Cianjur itu sudah berkumpul 5 orang yang dia kenal
betul.
Zen
dan Deri yang sudah lulus dari Unpad sengaja datang ke Cianjur demi undangan
ini. Wajah mereka tidak berubah tetap awet muda. Di sisi lain Aldis yang membantu ibunya
berjualan gorengan di Cianjur juga hadir. Rivaldi dan Adi yang belum mendapat pekerjaan
dengan senang datang ke sana. Khrisna melepas rindu dengan mereka. Namun
jawaban bukan datang dari mereka. Kebingungan juga hadir di muka mereka. Tiba-tiba dari kejauhan hadir Pandu dan
Mahran. Dengan sigap Pandu menendang bola ke tengah 5 orang itu. Aldis yang
dulu berposisi menjadi kiper dengan reflek menangkapnya. Melihat itu, Mahran
tertawa senang. Dia berkata, “Kalian datang 11 Pendeka! Lho cuma 5 ya?”
Ternyata
Mahran sekarang menjabat sebagai pelatih sekaligus kapten Perkesit Cianjur, tim
yang sudah lama terjebak di divisi 2 Liga Indonesia. Seketika ingatan Khrisna
bergulung ke arah saat dia dan 15 orang temannya yang lain mampu membawa tim
Perkesit Junior menjuarai Gubernur Cup U-14. Ternyata Mahran ingin mengajak 11
pemain yang waktu itu menjadi pemain inti untuk bergabung membela Perkesit
Senior. Setelah menimbang semuanya, akhirnya mereka setuju dengan segala
pertimbangan. Namun, raut muka Mahran berubah serius. Hal yang membuatnya risau adalah tiga orang belum bergabung dengan 11 pendekar itu.
PR
ini harus diselesaikan sebelum latihan dimulai satu minggu lagi. Selain itu sebulan lagi liga akan segera dimulai. Tiga orang itu
adalah Gema, Fakhri, dan Maul. Perjuangan mereka tidak mudah. Ternyata Gema
sekarang menjadi anggota geng motor. Sementara Fakhri sudah memiliki istri. Dan
yang paling parah adalah Maul, dia mengalami kecelakaan dan kakinya harus
diamputansi. Petualangan seru dialami Khrisna dan teman-temannya dalam membujuk
Gema, Fakhri, serta Maul.
Akhirnya
Gema dan Fakhri bisa bergabung dengan Perkesit. Di tengah kebahagiaan itu, terjadi
perselisihan sedikit. Semua anggota tim yang sudah hampir lengkap ini ingin agar Maul ikut
bergabung bersama Perkesit. Sementara Sang Kapten, Mahran, meragukannya. Belum
selesai perselisihan itu, Maul datang dengan tongkatnya. Dia datang tidak
sendirian, di sebelahnya ada seorang pemuda yang ternyata adalah adiknya, Dimas.
Maul mau bergabung ke Perkesit sebagai asisten Mahran dan Dimas menggantikan
Maul di tim. Ternyata keputusan mengejutkan datang dari Mahran, dia menyerahkan
jabatan pelatih pada temannya Maul. Akhirnya terbentuklah tim Perkesit secara
utuh dan sederhana.
Latihan
rutin pun dimulai demi menghadapi kompetisi Liga Indonesia Divisi 2 yang
tinggal satu bulan lagi. Semua meninggalkan egonya masing-masing dan sepakat untuk
fokus di kompetisi ini. Mereka bermain bola dengan senang hati meskipun gajinya
kecil. Yang penting mereka bisa pulang kandang dan bertemu keluarga mereka yang dikaruniakan Tuhan pada mereka. Tentu saja Khrisna membantu pembiayaan klub dengan menjadi sponsor
Perkesit. Dalam setiap pertandingan mereka selalu membawa semangat “11 Pendekar
Pulang Kandang”.
No comments:
Post a Comment
Ikutlah berdiskusi disini, amalkanlah ilmu kalian :