Matahari
bersinar lumayan terik siang itu. Aku masih memandangi hamparan sawah yang
terletak di bawah kaki gunung yang angkuh berdiri. Hembusan angin agak
meredakan sedikit suasana panas itu. Atap teras PAUD Bunda Hajar memayungiku
yang sedang beristirahat. Waktu yang amat berharga karena waktu-waktu ini
biasanya aku habiskan untuk mencari ilmu. Kelelahan dalam mencari ilmu
sepanjang seminggu ini tersapu oleh keindahan alam yang diberikan oleh Yang
Sebaik-baiknya Memberi.
Sengaja
aku datang lebih awal, karena sebenarnya kegiatan bersama-sama adik-adik Taman
Ilmu baru akan dimulai pukul 14.00 WIB. Waktu itu jam masih menunjukkan pukul
13.00. Aku ingin menikmati suasana khas PAUD beserta alamnya dengan hanya
ditemani tulisanku. Tidak beberapa lama seorang anak kecil datang, Ina namanya.
Bagi kami, pengajar Taman Ilmu, Ina adalah sosok yang paling dikenal dengan
beberapa ciri khasnya. Meskipun terkadan dia suka membuat kami agak jengkel,
tetapi aku yakin dalam hatinya terselip banyak kebaikan.
“Ada
apa Kak, kok datang ke PAUD?” Ina bertanya dengan sedikit terbatuk.
“Nanti
ada bimbel Na, tapi jam dua ya.” Aku berusaha mengalihkan perhatian sejenak
dari tulisanku.
Ina
pun tersenyum, dia mengatakan bahwa dia akan datang lagi nanti jam dua bersama
teman-temanya. Ya, anak-anak inilah yang membuat aku dan para pengajar lain
selalu tersenyum saat datang ke PAUD.
Suasana
panas dan gerah yang aku rasakan di perjalanan menuju desa Sukanegla ini sirna
saat aku sudah duduk di PAUD. Pohon bambu di hadapanku menyambutku dengan
ramah. Rumah pohon yang terletak di taman bermain seolah berteriak memberikan
semangat padaku, mungkin juga pada pengajar lainnya. Ada satu yang paling khas
dari PAUD kami tercinta ini. Lukisan di dinding PAUD melambangkan keceriaan
anak-anak Taman Ilmu yang tidak akan pernah lekang. Dinding teras PAUD ini
bergambar seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan berkerudung oranye
yang sedang bermain di taman. Guratan senyum terlukis di wajah mereka.
Melambangkan keceriaan khas anak-anak yang mungkin banyak dilupakan orang-orang
seperti saya. Kodok dan kucing di gambar dinding itu pun juga ikut tersenyum
dan bermain bersama mereka berdua. Hmmh, siang yang indah di Taman Ilmu.
Tidak
beberapa lama, sosok-sosok yang aku kenal berjalan dari kejauhan. Mereka adalah
teman sesama pengajar Taman Ilmu. Angin yang berhembus membuat baju dan
kerudung mereka berkembangan. Kerikil-kerikil di jalan menjadi teman diiringi
dengan sapaan hangat penduduk Desa Sukanegla. Suatu saat akan aku ceritakan
kisah indah yang aku peroleh di Taman Ilmu ini. Kisah kebahagiaan yang sering
dilupakan oleh beberapa orang, entah karena kesibukan atau belum menemukan tempat
yang tepat untuk menuliskan kisah bahagia itu. Ya bahagia, bahagia sekali, di
tengah apapun namanya yang sedang kita hadapi.
No comments:
Post a Comment
Ikutlah berdiskusi disini, amalkanlah ilmu kalian :