Halo sahabat Sinwas. Sekarang aku sedang berada di sekolahku tercinta, almamater SMA Xaverius 4 Palembang. Setelah 2 hari di Palembang, Alhamdulillah saya bisa bersilaturahmi ke sekolah yang dahulu aku tidak yakin untuk memasukinya. Namun, Allah mendoronku untuk memberi yang terbaik di jalan yang dia sediakan. Dan aku sangat sadar, jika waktu itu aku mengutuki dan tidak bersyukur aku tidak akan jadi apa-apa sekarang. Nikmat Allah sungguh besar, sekarang bagaimana kita menyadarinya dan mensyukurinya. Alangkah bodohnya kita jika kita tidak bersyukur dan membuang kesempatan untuk memberi yang terbaik.
Jumat yang cerah, seperti biasa Cagur 1 menemaniku berkeliling di Palembang kembali. Aku tak percaya. Aku kembali ke Palembang. Kota yang telah mengajarkan kepadaku untuk menjadi lebih dewasa dan tidak selalu merasa nyaman. Setelah tiga tahun tinggal di kota ini aku justru lebih merasa nyaman berada di zona kompetitif (Comfort on Competitive Zone). Tujuanku bersama Cagur hari ini adalah SMA Xaverius 4. SMA kebanggaan yang beberapa orang tidak mengenalnya dulu. Namun, SMA inilah yang memberikanku dan teman-teman semangat yang lebih, intelektualitas yang lebih, dan segala yang baik dan istimewanya lebih.
Cagur 1 ku parkir di tempat di mana dia dulu sering beristirahat, menunggui aku yang sedang mencari ilmu. Aku berjalan beberapa langkah dan aku mengenal sosok yang aku kenal. Dua orang satpam yang biasanya mencerewetiku dulu karena aku sering pulang agak malam. Mereka tetap bijaksana dan tetap memiliki guratan keikhlasan di wajah mereka.
Angin berhembus sejuk, menggoyangkan daun-daun bugenville di depan tempat dudukku sekarang. Aku bertemu guru-guruku dulu. Aku mencium tangan mereka, seperti dulu. Berbincang dengan mereka, seperti dulu. Tersenyum berbagi dengan mereka, seperti dulu. Kehangatan mereka selalu menyelimuti perjalananku mencari ilmu. Aku tidak akan lupa ketika Pak Billy dengan ikhlas membimbingku belajar matematika ekonomi di Perpustakaan, saat Beliau menuliskan angka-angka kepadaku dan Lilis. Lilis mungkin mengerti, tetapi aku seperti terpelintir. Aku pernah duduk di kuliahnya Pak Billy saat aku masih kelas XII. Saat itu Pak Billy memintaku dan Lilis datang untuk belajar matematika untuk persiapan Olimpiade Matematika di Universitas PGRI Palembang. Itulah kali pertama aku melihat Chiko Abdussalam. Melihat dalam keadaan kalah, tetapi air muka Pak Billy yang hangat memberi semangat padaku dan Lilis untuk memberi yang terbaik di kesempatan lain.
Ibu Anas, aku juga tidak akan lupa jasa Beliau yang telah membimbingku dan menemukan bakatku di bidang ekonomi. Saat aku terpuruk karena kalah di lomba debat ekonomi, Beliau justru memberi kesempatan padaku untuk berkembang lebih di lomba ekonomi berikutnya. Kesabaran Bu Anas, keikhlasannya, ketulusannya, semuanya ku lihat juga dari ibuku.
Tidak lama aku bertemu dengan Pak Aidil dan kawan-kawan yang sering aku temui di dapur. Beliau-beliau inilah yang tak kenal lelah memberi dukungan pada kami siswa-siswi SMA Xaverius 4 untuk berbuat lebih. Aku menanyakan kabar mereka. Menyapa dan mendengar senandung mereka menyejukkan hatiku. Tak lupa mereka menitipkan doa padaku untuk kelancaran studiku dan usaha dalam meraih impian. Kasih mereka tak akan lekang karena selalu berbayang di kilatan mimpiku. Aku berjanji akan memberi yang terbaik untuk Allah yang telah memberi guru-guru yang baik padaku.
No comments:
Post a Comment
Ikutlah berdiskusi disini, amalkanlah ilmu kalian :