Ayo
Sepuluh Pemuda Kita Guncangkan Dunia
Saat
ini pemuda Indonesia sedang berada dalam keadaan genting. Vonis terhadap
Angelina Sondakh baru-baru ini membuat kecewa masyarakat. Pemuda disuguhi oleh
koruptor-koruptor yang berlsliweran di televisi. Dengan vonis-vonis yang
ringan, mayarakat tidak merasa ragu untuk menganggap proses penjeraan terhadap
koruptor tidak berjalan. Di sisi lain pemuda-pemudi Indonesia mulai disuguhi
oleh dunia yang semakin mengundang kemalasan. Pemuda mulai terjebak dalam
ke-instanan. Jika ini dibiarkan seruan Bung Karno tidak akan berlaku lagi.
“Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan ku guncang dunia!” Tidak akan berlaku
lagi.
Sekarang,
saya sudah menyandang status mahasiswa. Di sini saya melihat ada dua kubu
pemuda. Pemuda yang terlalu mencintai dunia dan kurang peduli terhadap
lingkungannya baik lingkungan masyarakat maupun bangsanya. Selain “kubu”
pertama, terdapat juga kubu kedua yaitu kelompok mahasiswa yang memiliki
semangat untuk mengubah diri sendiri kemudian melanjutkan perubahan ke
lingkungannya. Perubahan tersebut adalah perubahan ke arah yang lebih baik.
Ibarat dua sisi mata uang, kedua kubu ini tidak dapat dipisahkan. Tidak jarang
kelompok kedua membuat kelompok pertama berubah menjadi lebih baik. Saat
memasuki gerbang Universitas Padjadjaran dari Palembang, saya berdoa agar dapat
berkontribusi dalam perubahan diri sendiri dan masyarakat. Saya melihat
anak-anak Forum Komunikasi Dakwah Islam Fakultas (FKDF) berorasi memanggil
mahasiswa baru untuk memberikan informasi seputar Jatinangor.
Setelah
beberapa bulan mencari ilmu di Jatinangor, saya mendapatkan beberapa manfaat
dari semangat mahasiswa yang ingin melakukan perubahan di lingkungan. BEM Kema
UNPAD mengadakan pelatihan menulis di media dengan tajuk “UNPAD Goes to Media”.
Saya dan beberapa mahasiswa lain mengikuti pelatihan ini dengan semangat.
Sebelumnya juga Universitas Padjadjaran mengadakan pelatihan menulis proposal
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 bidang. BEM Kema UNPAD melihat pendidikan
adalah sesuatu yang memiliki peran penting dalam perubahan ini. Mereka tidak
melupakan sisi akademik dan penalaran mahasiswanya. Bukan hanya bergerak dalam
bidang-bidang yang berkaitan dengan politik, kelompok kedua ini juga fokus
untuk memperbaiki semangat pemuda di bidang kependidikan.
Mahasiswa
tidak hanya berkewajiban untuk mecari ilmu. Kewajiban yang justru lebih utama
adalah kewajiban mengamalkan ilmu tersebut. Apakah mahasiswa mau bergerak
itulah yang menjadi permasalahan. Kesempatan untuk berkontribusi bagi
lingkungan dan masyarakat terbuka lebar. Mahasiswa bisa berkontribusi aktif
demi kemajuan diri serta lingkungannya. Rasa malas dan antipasti perlu
dilebukan dalam semangat pengabdian terhadap masyarakat. Bukankah setelah
pendahulu kita sudah terlalu tua untuk memimpin negeri ini, kitalah yang akan
maju menggantikan mereka membawa garuda terbang. Jika, kita, pemuda Indonesia,
kehilangan semangat pengabdian bagi bangsa serta lingkungannya bukan tidak
mungkin Garuda akan kehilangan arah dan tujuan saat kita mengendarainya.
Aku
tidak ingin tenggelam dari pandangan negatif akan keadaan Indonesia sekarang.
Percuma kita menyalahkan sistem, kita tidak akan bisa mengubah sistem meski
kita mogok makan 7 hari berturut-turut. Kita bisa memulai dengan mengubah diri
kita, bergabung dengan pemuda yang bersemangat dan meninggalkan sikap negatif
yang kita miliki. Memupuk semangat pengabdian dan pembelajaran menjadi kunci
untuk mengubah sikap diri kita. Jika satu orang memiliki semangat seperti ini
dan dapat menularkannya pada lingkungannya, akan lahir ribuan pemuda Indonesia
yang siap berkontribusi nyata bagi Indonesia. Kelak akan bergema seruan, “Ayo
sepuluh pemuda, bersamaku kita guncangkan dunia!”
No comments:
Post a Comment
Ikutlah berdiskusi disini, amalkanlah ilmu kalian :