Rio Alfajri

Dengan meminjam sedikit kata-kata Leonardo Da Vinci, aku semakin yakin bahwa hal yang simpel itu justru menjadi rumit.

Jujur aku baru tahu ternyata apa yang ada dalam pikiranku terkait simplisitas ini pernah dipikirkan juga oleh seniman sekaliber Leonardo Da Vinci. Whuaaa jadi terharu. Ya, Da Vinci pernah berkata bahwa, "Simplicity is the ultimate shopistication". Kalau mau tahu artinya seperti yang kita bicarakan di atas yap.

Sebenarnya ini sangat logis karena untuk berpikir sesuatu yang sederhana itu kadang sangat rumit dan perlu melalui beberapa tahapan berpikir dulu. Oleh karena itu, desain-desain dengan konsep yang simpel justru menjadi juara di dunianya. 

Coba saja perhatikan logo-logo dari brand ternama. Beberapa di antara mereka sangat simpel dan tidak beribet dalam hal desainnya bukan. Nike contohnya. Logo yang sederhana berupa tanda contreng ini bisa memuat beragam filosofi termasuk filosofi senyum kebahagiaan yang selalu ditawarkan Nike. Didesain oleh Carolyn Davidson dulu harga logonya hanya US$35. Tapi sekarang setelah berkembang Davidson mendapatkan saham Nike senilai US$600.0000. 

 Tidak hanya di luar negeri, perusahaan-perusahaan di Indonesia juga merogoh kocek yang dalam untuk rebranding mereka termasuk logo ya. Logo Pertamina yang baru dikenal karena sangat simpel dan berbandrol (Eaaa bandrol) 2,55 Miliar Rupiah. Sementara Logo BNI yang berwarna oranye dengan tulisan 46 berwarna putih berharga 2,7 Miliar Rupiah.

WOW untuk sesuatu yang simpel bukan? Namun dibalik itu cobalah teman-teman membuat satu logo yang simpel. Untuk menemukan kekuatan filosofis nan magis nya pasti tidak semudah memandang logo-logo itu sekarang bukan. 

Belum lagi juga harus dipikirkan apakah logo itu eye catching atau tidak. Apakah logo itu bisa diletakkan di kemasan atau produk kita. Dan hal-hal komersial lainnya. 

Right?

Simplicity is the perfectly ultimate Complexity.