Hello, Sahabat Sinar Wawasan, masih sedih melihat kegagalan timnas mengangkat trophy piala AFF 2010? Ya tetap semangat, seperti yang ditunjukan Ahmad Bustomi dkk. Eh, ada satu yang ingin saya sampaikan nih sebelum mulai mempublikasikan cerpen saya, saya dan ribuan orang yang berseru "NURDIN TURUN" tidak dibayar sama sekali untuk berseru seperti itu. Kalau ada yang mau bayar, berapa duit yang harus dimiliki orang tersebut? Yah, itu sih bisa-bisanya si NH saja.
Saya punya cerpen, yang selesai semester lalu, judulnya "Bakat Sahabat". Silahkan dibaca ya semoga menghibur. Kalau ada komentar dan kritik kirimkan saja dibawah tulisan ini, itu pasti saya terima, saya tidak akan menutup telinga seperti NH itu, hehehe. Oh hya jaga kesehatan ya, saya sedang flu berat nih!!
Sekolah saat itu masih sepi. Hanya ada beberapa murid dari kelas III dan IV yang datang lebih pagi untuk piket. Aku langsung menaruh tas di dalam kelasku. Pagi itu aku sengaja datang lebih pagi, karena ada kejutan yang akan diperlihatkan oleh sahabatku Imam. Aku menunggu Imam di depan kelas sambil memperhatikan bunga-bunga hasil praktek pelajaran IPA kelas V.
Tidak beberapa lama Imam datang. Ia turun dari motor vespa ayahnya. Ia berlari menuju tempatku duduk. Kemudian ia menarik tanganku, dan menyeretku ke tempat duduknya yang berada di pojok belakang kelas. Ia mengeluarkan sebuah kertas dari tasnya dan menunjukkannya padaku.
“Ar, ini bakatku, yang kuceritakan padamu kemarin.” Kata Imam penuh semangat.
Dengan heran aku bertanya, “Apaan itu, kasih lihat dong?”
Secepat kilat Imam menyambar kertas misterius itu, dan menyembunyikannya di dalam saku bajunya. “eittt…., rahasia. Tunggu tanggal mainnya. Nanti waktu pelajaran seni budaya semua mata pasti tertuju padaku.”
Belum tuntas keherananku, Imam menyuruhku untuk meninggalkannya sendiri, dengan alasan ia ingin berkonsenterasi untuk tampil.
Dengan jengkel aku meninggalkannya. “Ya sudah, kamu juga harus menunggu bakatku saat tampil nanti.”
“Kenapa Ardi, kok wajahmu cemberut?” tanya Chika yang baru datang.
“Aku lagi kesal sama Imam.” Jawabku.
“Lho, bukannya kalian bersahabat baik?” tanya Chika keheranan.
“Habis tadi aku datang pagi-pagi hanya ingin melihat bakatnya Imam, tapi dia malah menyuruhku pergi.” Jawabku dengan nada tinggi.
“Ya, mungkin Imam mau membuat kejutan untuk kita.” Tebak Chika.
Tiba-Tiba bel masuk berbunyi. Chika bergegas menaruh tasnya. Sementara murid-murid lain membuat barisan di depan kelas. Di paling belakang barisan ada Imam yang masih mineggenggam secarik kertas tadi.
Setelah barisan sudah rapi, Chika selaku ketua kelas menyuruh kami masuk satu-persatu. Pelajaran pertama adalah matematika, Bu Indah guru favoritku sedang menerangkan materi tentang kubus. Tetapi aku tetap melamun sambil memperhatikan Imam yang sedang berkomat-kamit di belakang kelas.
Sebenarnya Imam adalah sahabatku yang baik. Teman-teman di kelas menganggap dia aneh. Di kelas Imam orangnya pendiam dan suka asal menjawab jika ditanya. Menurut teman-teman dia berbakat menjadi pelawak. Tetapi menurutku dia punya bakat yang lebih luar biasa.
Tidak terasa pelajaran matematika telah usai. Setelah Bu Indah keluar. Pak Wisnu guru kesenian pun masuk. Beliau mengucapkan salam di depan kelas. Kemudian beliau mengulang pelajaran minggu lalu tentang bakat. Beliau juga yang menyuruh kami mempersiapkan bakat kami untuk maju satu-persatu menampilkan bakat kami.
Akhirnya tiba waktunya menunjukan bakat kami. Pak Wisnu memanggil kami secara acak. Aku gugup menanti giliranku dan berharap Imam dipanggil terlebih dahulu. Setelah beberapa siswa maju akhirnya nama Imam dipanggil. Imam maju dengan percaya diri.
“Puisi ini aku persembahkan untuk sahabatku Ardi.” Katanya mengejutkanku.
Temanku ini membuat seluruh kelas terdiam, saat ia sedang membaca puisi. Pelawak kami ini berubah menjadi maestro puisi dengan puisi dengan puisi berjudul “Sahabat”.
Setelah Imam selesai membaca puisi. Kami semua bertepuk tangan dengan meriah. “Siapa yang menemukan bakat luar biasamu Imam.” Tanya Pak Wisnu.
“Saya terinspirasi dari sahabat saya, Ardi.” Jawab Imam semakin membuatku tersipu malu.
Tepuk tangan pun kembali riuh di seluruh kelas. Kali ini tepuk tangan itu untukku. Di dalam hatiku aku berkata, “maafkan aku Imam aku telah marah padamu. Aku bangga kepadamu Imam.”
Mau berlangganan informasi dari blog ini? daftar Aja!
Labels
Anak
Analis Rio
argumen
Artikel
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Bandung
Beasiswa
Belajar
Belanda
Berita
Berita Informasi
Biologi
Brewok Backpacker
calon sejarah
Cerpen
CPNS
dan Informasi
Dimuat di Koran
ekonomi
English Article
Essay
facebook
Fiksi
FLP
Foldpapercraft
Gerakan Sosial
Hasil TO
Hikmah
hobi dan bisnis
hot news
Hubungan Internasional
Indonesia
Informasi
informasi.
information
inovasi
Inspirasi
Investasi
Islam
Kaledoiskop
keluarga
Kesehatan
kisah
komputer
kontroversi
Kreativitas
kuis
Leader and Leadership
Liputan
Lirik Lagu
LPDP
Luar Negeri
Masih di Rumah Aja?
Movie
Mulok
my activity
My opinion
News
Olahraga
Opini
OSN
OSN saya
Pasar Modal
Pendidikan
Pengabdian
Pengalaman
pengumuman
Penting;
perlu tahu
PIMNAS
PKM
Pro dan Kontra
PSMSku
Puisi
Ramadhan
Refreshing
Renungan Dahsyat
Resep
Resep. Kisah
Review Movie
Rio Alfajri
Saham
Sastra
Science
Sejarah
Seminar
sensasi
sentuhan hati
sepakbola
Seri novel
Share
Sinopsis Novel
Skripsi
SMA
SMA Xaverius 4 Palembang
SNMPTN
SNMPTN 2012
SOL VII
sport
Suara hati
Tahukah Kamu?
taman ilmu
Tantangan Menulis
Teens
Timnas
Tips
tokoh
transportasi
Tugas
Tulisan Saya
tutorial
TV Show
UMKM
Unik
Unpad
Vlog
Wirausaha
World cup
XI IPA
XL FL
youtuber
Powered by Blogger.
No comments:
Post a Comment
Ikutlah berdiskusi disini, amalkanlah ilmu kalian :